Kisah Tragis Pahlawan Otto Iskandardinata, Peti Matinya Berisi Pasir dan Air dari Pantai Mauk
Sebuah peti mati dibawa ke Kota Bandung pada tahun 1952. Kerabat dan keluarga ikut mengantarkan peti mati itu untuk dimakamkan di sebuah desa di Lembang, Bandung.
Namun dalam peti itu tak ada jasad sang pahlawan Otto Iskandardinata. Peti mati itu hanya berisi gundukan pasir dan air yang dibawa dari Pantai Mauk, Banten, tempat Otto dieksekusi.
Karena itu, tempat peti mati Otto Iskandardinata itu dikuburkan diberi nama makam petilasan.
Menjelang akhir 1952, warga Bandung menyaksikan pemakaman kembali tokoh Pasundan, Otto lskandardinata.
Disebut pemakaman kembali karena jenazahnya sebetulnya tidak pernah ditemukan.
Sentot lskandar Dinata, salah satu putra Otto, tiba di Bandung dengan memanggul sebuah peti berisi pasir dan air laut sebagai simbol jenazah Otto.
Pasir dan air laut itu dimasukkan ke dalam peti diiring doa seorang Penghulu Jaksa Tangerang. Dalam rombongan terdapat Menteri Perhubungan Djuanda, lr Ukar Bratakusumah, Dr Diungju serta Letnan Kolonel Sukanda.
Peti Jenazah berisi pasir dan air ini dimakamkan pada hari Minggu, 21 Desember 1952 di Taman Bahagia, daerah Lembang. Pemakaman dimulai pukul 10.00 pagi, dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Hingga kini, anak cucu Otto, para peziarah dari berbagai penjuru Indonesia, hanya bisa menziarahi pasir dan air Pantai Mauk yang menjadi saksi kebengisan gerombolan PKI UbeI-Ubel Hitam kepada Otto Iskandardinata.
Pada 6 November 1973, pemerintah mengangkat Otto sebagai Pahlawan Nasional.
Dijuluki Si Jalak Harupat
Otto Iskandar Dinata lahir di Bojongsoang, Dayeuhkolot, Bandung pada 31 Maret 1879 dan diumumkan tutup usia pada 20 Desember 1945.
Otto adalah anak ketiga dari delapan bersaudara.
Ayah Otto bernama Nataatmaja menjabat sebagai Kepala Desa Bojongsoang. Sementara, Ibunya bernama Nyi Raden Siti Hatijah.
Otto termasuk keluarga bangsawan, tetapi ia sendiri tak pernah angkuh dan sombong. Dia tidak pernah memilih teman dalam bermain dan menganggap semua teman-temannya sama.
Ketika Otto menginjak usia 7 tahun, ia masuk ke Sekolah Dasar Jaman Hindia Belanda, HIS yang berlokasi di Bandung.
Kala itu, Otto Iskandar Dinata termasuk anak yang pintar dan gemar memberi bimbingan atau sekadar belajar bersama teman-temannya.
Sejak masa kanak-kanak jiwa kepemimpinan Otto sudah terlihat.
Otto kecil memiliki nyali yang tinggi dan tidak suka berbasa-basi.
Bahkan, sejak menjadi siswa, Otto sering menunjukkan kritik terbuka terhadap diskriminasi anak pribumi dan anak Belanda dalam pendidikan.
Keberanian ini akhirnya membuat Otto mendapat julukan ‘Si Jalak Harupat’.
Kiprah Semasa Kemerdekaan
Disamping kiprahnya sebagai guru dan kepala keluarga, Otto Iskandar Dinata termasuk tokoh yang aktif di berbagai organisasi serta punya catatan historis perjuangan kemerdekaan.
Beberapa catatan tersebut yakni pengurus Organisasi Budi Utomo, organisasi sosial yang didirikan oleh para siswa STOVIA. Serta Anggota BPUPKI dan Pengusul Nama Soekarno Sebagai Presiden RI.
Otto termasuk perintis Pembela Tanah Air bersama Iyos Wiriaatmaja, dan R Gatot Mangkupraja pada Masa Pendudukan Jepang.
Otto juga sempat menjabat dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dan turut serta menyusun Undang-Undang Dasar 1945.***
Sumber: pojoksatu
Foto: Makam petilasan pahlawan Nasional Otto Iskandardinata di Lembang Bandung. (ist)
Kisah Tragis Pahlawan Otto Iskandardinata, Peti Matinya Berisi Pasir dan Air dari Pantai Mauk
Reviewed by Admin Kab. Semarang
on
Rating:
Tidak ada komentar