Komando Bhayangkara, Pemalang Klareyan - Tim KKN Tematik Universitas Diponegoro bersama TP-PKK Desa Klareya Theresia Elisabeth A.P, salah satu anggota Tim KKN Tematik Universitas Diponegoro 2023 Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik melakukan pelatihan pembuatan “Eco Lindi” sebagai upaya untuk mengatasi bau sampah di TPS Desa Klareyan.
Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2023 di Desa Klareyan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang.
Sebelum melakukan aksinya, Theresia melakukan pertemuan bersama Kepala Desa Klareyan Wiharnyo S.T untuk mengidentifikasi permasalahan desa.
Kepala Desa Klareyan mengungkapkan bahwa masalah terbesar desa Klareyan saat ini adalah penumpukan sampah,
“Permasalahan yang sedang dihadapi Desa Klareyan saat ini adalah penumpukan sampah di TPS desa akibat penutupan TPA Kabupaten Pemalang”, ujar Wiharnyo.
Penumpukan sampah di TPS tersebut menimbulkan beberapa masalah lain, salah satunya adalah bau sampah yang tidak sedap dan hal tersebut akan semakin parah ketika memasuki musim penghujan karena sampah-sampah tersebut akan bercampur dengan air hujan.
Pembusukan sampah akan menghasilkan gas metan (CH4) dan gas hidrogen sulfida (H2S) yang berbau busuk.
Bau busuk ini akan mengundang tikus atau serangga untuk mencari makan dan berkembang biak.
Menanggapi hal tersebut, diperlukan solusi cepat untuk menghilangkan bau sampah sembari menunggu kepastian pembukaan kembali TPA Kabupaten Pemalang.
Langkah awal untuk mengatasi permasalahan bau sampah yakni dengan memanfaatkan cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di timbunan sampah atau biasa disebut air lindi menjadi Eco Lindi.
Pelatihan Pembuatan Eco Lindi.
Eco Lindi adalah hasil dari pengelolaan air lindi menjadi cairan penetral bau sampah.
Selain itu, cairan ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan juga untuk mengembangbiakkan belatung/maggots dalam bubur sampah organik.
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan Eco Lindi cukup sederhana, yakni wadah kedap udara, air lindi, air aki, katalis organik, dan molase atau sisa air tebu.
Untuk langkah pembuatan adalah dengan mencampurkan seluruh bahan ke dalam wadah kedap udara dengan perbandingan air lindi, molase, air aki, katalis organik (5:2:1:3) lalu aduk hingga sedikit mengental dan berwarna kecoklatan.
Untuk cara penggunaannya pun terbilang sangat mudah yaitu hanya dengan mencampurkan 1 liter cairan Eco Lindi dengan 50 liter air, kemudian cairan tersebut dapat disemprotkan pada lokasi yang menghasilkan bau tidak sedap dari tumpukan sampah, bahkan bau dari limbah hewan ternak sekalipun.
Adapun reaksi yang dihasilkan hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit saja.
"Rupanya, memungkinkan untuk melakukan proses pengolahan limbah menjadi air yang aman. Air lindi jarang sekali mengalami proses pengolahan, tetapi ternyata ada cara untuk mengolahnya menjadi bermanfaat." Ujar Ir. R T D Wisnu Broto, MT selaku Dosen Pembimbing Tim KKN.
“Semoga ke depannya dapat berguna bagi masyarakat, terutama menyangkut limbah yang menimbulkan bau seperti di peternakan, dan tumpukan sampah yang cepat menimbulkan bau tidak sedap,” timpal Dr. Fahmi Arifan, S.T., M.Eng selaku Dosen Pembimbing Tim KKN.
Pelatihan pembuatan Eco lindi ini diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat desa mengenai air lindi yang berbau tidak sedap dan tidak bermanfaat, justru dapat diolah menjadi cairan Eco Lindi yang bermanfaat bagi lingkungan. (BondanMKB)
Tidak ada komentar