5 Perdana Menteri Israel yang Jadi Mimpi Buruk bagi Palestina
Keberadaan Israel dipandang beberapa pihak tidak sah atau ilegal. Ini disebabkan pembentukan Negeri Yahudi itu yang mengusir jutaan warga Palestina.
Dalam sejarahnya, Israel diketahui sangat ekspansif dalam memperluas wilayahnya. Ini dimotori oleh beberapa Perdana Menteri (PM) negara itu yang memiliki sikap keras terhadap keberadaan Palestina.
Berikut daftar 5 PM Israel yang paling keras kepada Palestina dikutip dari berbagai sumber:
1. David Ben Gurion
Ben Gurion merupakan PM pertama Israel saat negara itu baru didirikan pada 1948. Saat itu, Israel akhirnya mendirikan negara dengan menggeser 750 ribu warga Palestina, yang dalam Dunia Arab dikenal dengan sebutan Nakba yang berarti bencana.
Ben Gurion pernah menyatakan bahwa warga Palestina seharusnya tidak dapat kembali ke rumah mereka. Ia juga pernah mengeluarkan pernyataan kontroversial dengan menyatakan niat untuk merebut Lebanon hingga Suriah.
"Kita harus melakukan segalanya untuk memastikan mereka (warga Palestina) tidak pernah kembali," ujarnya sebagaimana diarsip Progressive Israel.
"Kita harus bersiap untuk melakukan serangan. Tujuan kami adalah menghancurkan Lebanon, Trans-Yordania, dan Suriah. Titik lemahnya adalah Lebanon, karena rezim Islam adalah rezim yang dibuat-buat dan mudah dirusak oleh kita."
"Kami akan mendirikan negara Kristen di sana, dan kemudian kami akan menghancurkan Legiun Arab, melenyapkan Trans-Yordania, Suriah akan jatuh ke tangan kita. Kami kemudian mengebom dan melanjutkan perjalanan serta merebut Port Said, Alexandria, dan Sinai."
2. Golda Meir
Meir memimpin Israel pada tahun 1969-1974. Saat memperingati dua tahun perang Arab-Israel 1967, PM wanita itu pernah menyatakan bahwa dirinya memandang Palestina tidaklah ada.
"Tidak ada yang namanya orang Palestina," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan The Sunday Times.
3. Shimon Peres
Peres memimpin pada tahun 1984-1986 dan 1995-1996. Mengutip majalah Time, Peres adalah bagian dari pemerintahan yang mendirikan pemukiman ilegal pertama di Tepi Barat Palestina yang diduduki setelah perang tahun 1967 yang telah menelan begitu banyak tanah Palestina, dan ia menentang penyerahan wilayah mana pun yang ditaklukkannya sepanjang tahun 1970 an.
Invasi Israel kemudian mengakibatkan pembantaian ratusan pengungsi Palestina di kamp Sabra dan Shatila di Beirut, Lebanon. Pada tahun 1996, sebagai perdana menteri Israel, ia memimpin serangan Israel yang membawa bencana terhadap pangkalan PBB di Qana, yang menewaskan 106 warga sipil yang berlindung di sana.
4. Ariel Sharon
Ariel Sharon terkenal sebagai pemimpin militer dan politik yang mengutamakan keamanan Israel di atas segalanya. Posisi itulah yang membuat sosok kontroversial ini mendapat julukan "si buldoser" karena pemimpinnya yang tak kenal takut dalam menyelesaikan segala sesuatunya.
Bagi banyak orang Israel, dia adalah seorang pahlawan. Bagi sebagian orang di dunia Arab, dia adalah seorang pembunuh.
Sharon, yang naik pangkat di Angkatan Pertahanan Israel, pertama kali memperoleh status pahlawan di kalangan orang Israel selama Perang Enam Hari tahun 1967 ketika Israel menyerang Mesir, Yordania dan Suriah untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai serangan yang akan datang dari negara-negara Arab.
Di bawah komando Sharon, pasukan Israel mengalahkan pasukan Mesir dalam pertempuran malam hari untuk merebut Um Cataf, sebuah persimpangan jalan penting di Sinai. Kemenangan itu dianggap sebagai faktor utama hilangnya Sinai oleh Mesir ke tangan Israel.
Selama Perang Yom Kippur tahun 1973, Sharon mendapat julukan "Singa Tuhan" di kalangan orang Israel karena mengepung Tentara Ketiga Mesir dan memimpin 200 tank dan 5.000 tentara melintasi Terusan Suez.
Selama perang Lebanon pada tahun 1982, Sharon dianggap bertanggung jawab secara tidak langsung oleh penyelidikan Israel atas pembantaian warga Palestina tahun 1983 oleh militer Kristen Lebanon di kamp pengungsi Sabra dan Shatila.
Banyak orang di dunia Arab menjuluki Sharon sebagai "Penjagal Beirut," dan warga Palestina berupaya mengajukan tuntutan kejahatan perang terhadapnya di pengadilan Eropa.
5. Benjamin Netanyahu
Netanyahu merupakan PM terlama Israel dengan memimpin sepanjang 13 tahun pada 1996-1999, 2009-2021, dan 2022 hingga saat ini. Dalam kepemimpinannya, Netanyahu tercatat telah menyerbu Gaza, Palestina, beberapa kali dengan dalih memusnahkan milisi Hamas yang bermusuhan dengan Israel.
Di bawah masa kepemimpinannya, Netanyahu tidak menghentikan pertumbuhan pemukiman Israel di Tepi Barat dan menghidupkan kembali proses perdamaian antara Israel dan rakyat Palestina. Ini bahkan membuat Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Barack Obama, menolak aksi pemukiman Israel di Tepi Barat.
"Pembangunan ini melanggar perjanjian sebelumnya dan melemahkan upaya mencapai perdamaian. Sudah saatnya pemukiman ini dihentikan," kata Obama dalam pidato di Kairo 2009 lalu.
Pada 14 November 2012, Israel memulai Operasi Pilar Pertahanan di Jalur Gaza dengan tujuan untuk menghentikan serangan roket sembarangan yang berasal dari Jalur Gaza dan mengganggu kemampuan organisasi militan. Operasi tersebut dimulai dengan pembunuhan yang ditargetkan terhadap Ahmed Jabari, kepala sayap militer Hamas.
Menurut sumber-sumber Palestina, rumah-rumah sipil dihantam dan Pejabat Kesehatan Gaza menyatakan bahwa 167 warga Palestina telah tewas dalam konflik tersebut pada tanggal 23 November.
Pada tahun 2021, perang lain antara Israel dan Gaza terjadi yang mengakibatkan lebih dari 250 korban jiwa. Ini disebabkan langkah pemukim Yahudi yang mengambil alih wilayah Sheikh Jarrah di Tepi Barat dari warga Palestina.
Sumber: cnbcindonesia
Foto: 5 Perdana Menteri Israel yang Jadi Mimpi Buruk bagi Palestina/AP
5 Perdana Menteri Israel yang Jadi Mimpi Buruk bagi Palestina
Reviewed by Admin Pusat
on
Rating:
Tidak ada komentar