Perjalanan Delapan Hari di Tanah Suci, Jadi Saksi Cinta Ahmad Luthfi Pada Istri dan Alif
Komando Bhayangkara, Mekkah - Kota Makkah sedang dingin-dinginnya. Suhu udara hanya belasan derajad celcius pada Januari, kontras dengan pertengahan tahun saat Juni atau Agustus. Hawa dingin semakin terasa saat hembusan angin mengenai pori-pori kulit.
Malam itu, suara hentakan kursi roda dengan lantai marmer Masjidil Haram memecah dinginnya malam. Kurang lebih pukul 12 malam waktu Arab Saudi, Mohammad Alif Daffa menunaikan rangkaian syarat dan rukun ibadah umrah.
Tepat di belakang Alif, ada ayahnya yakni Ahmad Luthfi. Tangan kekar Ahmad Luthfi memegang sendiri tuas kursi roda dan mendorongnya. Keduanya memutari ka'bah 7 kali berlawanan arah jarum jam.
"_Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Innal hamda wan ni'mata laka wal mulk. La syarika laka_," bacaan talbiyah keluar dari bibir keduanya saat mengelilingi Ka'bah di lantai dua Masjidil Haram.
Penyandang disabilitas yang menggunakan kursi roda memang ditempatkan di sana. Tujuannya, lebih nyaman dan tidak terdorong-dorong oleh penuh sesaknya umat muslim dari seluruh dunia yang berjubel mendekati Ka’bah. Lantunan doa-doa menggema di malam itu.
Seketika, bulir air mata Ahmad Luthfi mulai membasahi kelopak begitu putaran pertama dimulai. Ia paham, ini adalah kali kedua bersama Abang, panggilan putra keduanya, menjadi tamu Allah di Tanah Suci. Ini juga merupakan umrah kedua tanpa ada istri tercintanya Nurina Mulkywati yang wafat pada 2019 silam.
Seakan tak ada rasa dingin yang dirasakan lagi, meski hanya mengenakan dua lembar kain ihram warna putih bersih. Konsentrasi Ahmad Luthfi tertuju pada Ka'bah dan doa kebaikan dunia serta akhirat. Di setiap putaran, doa-doa pun dipanjatkan untuk almarhumah istri, keluarga, hingga warga Jawa Tengah.
Kalimat _"Bismillahi Allahu Akbar"_ terucap dari mulutnya saat melewati Hajar Aswad. Tak ada capai maupun pegal, padahal Calon Gubernur Jateng itu harus mendorong kursi roda putra tercintanya di lantai 2 Masjidil Haram, yang jaraknya berlipat dibandingkan di dekat Ka’bah secara langsung. Rasa cinta pada Yang Kuasa serta sang putra, mengalahkan semuanya.
Hal yang sama dilakukan pria 59 tahun itu ketika Sa'i dari Bukit Safa ke Marwah sebanyak tujuh kali. Malam itu, mereka menjadi dua orang di antara lautan manusia yang beribadah di Masjidil Haram. Menghadap Yang Maha Kuasa dengan rasa ihlas. Ibadah umrah ditutup dengan Tahalul yakni memotong sebagian rambut yang ada di kepala mereka. Menggunakan gunting, jemari Ahmad Luthfi memotong rambut putranya.
Tak hanya di Masjidil Haram, "Bapak Disabilitas" Jawa Tengah itulah yang juga menemani putranya saat di Raudhah Madinah. Raudhah merupakan salah satu tempat mustajab di Masjid Nabawi yang letaknya diantara rumah dan mimbar Rasulullah.
Momen berdua dengan Abang menjadi tamu Allah merupakan waktu yang dinanti mantan Kapolda Jateng tersebut. Abang disebutnya sebagai amanah dari istrinya yang dititipkan sebelum wafat.
"Jaga Abang, jaga Abang," kata Ahmad Luthfi menirukan kata-kata istri di hari-hari terakhirnya sebelum menghadap Yang Kuasa.
Maka ia selalu menjadi orang yang pertama datang saat Abang membutuhkan. Ahmad Luthfi melakukan semuanya, membopong putranya dari kursi roda ke jok mobil saat perjalanan, mendorong kursi roda hingga memastikan semua kebutuhanya terpenuhi.
Abang sendiri bukan putra yang rewel. Ia senantiasa memahami posisi ayahnya. Selain sebagai bapak, ia turut mengemban tugas besar di Jawa Tengah. Mulai dari Wakapolda, Kapolda dan kini tinggal menunggu waktu menjadi gubernur usai ditetapkan sebagai peraih suara terbanyak oleh KPU di Pilgub Jateng 2024.
Bak ingin memberikan teladan bagi kaum Adam di Jateng, perjalanan kurang lebih delapan hari di Tanah Suci sebagai saksi cinta Ahmad Luthfi pada istri dan Mohammad Alif Daffa. (redMKB)
Perjalanan Delapan Hari di Tanah Suci, Jadi Saksi Cinta Ahmad Luthfi Pada Istri dan Alif
Reviewed by Admin Pemalang
on
Rating:
Tidak ada komentar